Ditulis oleh AN. Ubaedy
Apa ada hubungan antara mandi dan matematika? Untuk anak-anak, hubungan itu sebetulnya ada. Kalau Anda belum menemukannya, segeralah mulai menemukannya.
Kebanyakan kita, begitu sudah bicara mengajar anak, bayangannya tertuju pada suasana yang serius, di ruang yang tertata rapi dimana si anak duduk manis dan peralatannya menggunakan perabot khusus.
Padahal saat si kecil mandi, kamar mandi bisa kita gunakan sebagai medium untuk mengajarkan matematika/ berhitung. Misalnya, kita bertanya berapa jumlah gayung, berapa kali dia harus menyiram mukanya, atau juga menyanyikan lagu yang mengajarkan hitungan.
Apa sebetulnya keunikan cara mengajar yang demikian? Dari sisi kognitif/ daya tangkapnya, anak-anak akan jauh lebih mudah menangkap pemahaman yang langsung ada benda atau representasinya (direct learning). Sebab secara perkembangan, nalurinya mendorong si anak untuk banyak gerak supaya lebih cepat menguasai kompetensi yang dibutuhkan.
Temuan Dr. Vernon A. Magnesen (1983), peneliti pendidikan, menyimpulkan bahwa kita akan belajar dari:
Meski dalam prakteknya tidak harus se-teknis di atas, tapi berbagai bukti menyimpulkan bahwa anak-anak akan belajar dengan baik apabila menggunakan metode langsung, dimana ada bendanya, terlibat emosinya, atau praktek langsung.
Yang lebih penting lagi di sini adalah suasananya. Idealnya, ketika mengajarkan anak, suasananya perlu diciptakan sesantai dan se-menyenangkan mungkin. Dengan begitu, semangat anak akan terbangun dan daya tangkapnya juga bagus. Karena itu kamar mandi juga bagus dipakai untuk mengajarkan anak membaca atau berbicara bagi yang belum bisa, sambil bernyanyi dan bermain air.
Sebab secara teori ditemukan bahwa otak manusia akan belajar dengan bagus apabila gelombangnya mencapai titik alfa dan beta. Gelombang alfa terjadi ketika orang santai, rileks, senang. Sedangkan beta adalah ketika otak kita terjaga penuh, seperti saat bicara, belajar serius, mengerjakan PR, dan seterusnya.
Intinya, bagi orang yang kreatif dan mensyukuri keadaan, semua benda di sekelilingnya pasti ada gunanya. Semoga bisa kita jalankan.
sumber : sahabat nestle.co.id
Apa ada hubungan antara mandi dan matematika? Untuk anak-anak, hubungan itu sebetulnya ada. Kalau Anda belum menemukannya, segeralah mulai menemukannya.
Kebanyakan kita, begitu sudah bicara mengajar anak, bayangannya tertuju pada suasana yang serius, di ruang yang tertata rapi dimana si anak duduk manis dan peralatannya menggunakan perabot khusus.
Padahal saat si kecil mandi, kamar mandi bisa kita gunakan sebagai medium untuk mengajarkan matematika/ berhitung. Misalnya, kita bertanya berapa jumlah gayung, berapa kali dia harus menyiram mukanya, atau juga menyanyikan lagu yang mengajarkan hitungan.
Apa sebetulnya keunikan cara mengajar yang demikian? Dari sisi kognitif/ daya tangkapnya, anak-anak akan jauh lebih mudah menangkap pemahaman yang langsung ada benda atau representasinya (direct learning). Sebab secara perkembangan, nalurinya mendorong si anak untuk banyak gerak supaya lebih cepat menguasai kompetensi yang dibutuhkan.
Temuan Dr. Vernon A. Magnesen (1983), peneliti pendidikan, menyimpulkan bahwa kita akan belajar dari:
- Apa yang kita baca (10%)
- Apa yang kita dengar (20%)
- Apa yang kita lihat (30%)
- Apa yang kita lihat dan dengar (50%)
- Apa yang kita katakan (70%)
- Apa yang kita katakan dan kerjakan (90%)
Meski dalam prakteknya tidak harus se-teknis di atas, tapi berbagai bukti menyimpulkan bahwa anak-anak akan belajar dengan baik apabila menggunakan metode langsung, dimana ada bendanya, terlibat emosinya, atau praktek langsung.
Yang lebih penting lagi di sini adalah suasananya. Idealnya, ketika mengajarkan anak, suasananya perlu diciptakan sesantai dan se-menyenangkan mungkin. Dengan begitu, semangat anak akan terbangun dan daya tangkapnya juga bagus. Karena itu kamar mandi juga bagus dipakai untuk mengajarkan anak membaca atau berbicara bagi yang belum bisa, sambil bernyanyi dan bermain air.
Sebab secara teori ditemukan bahwa otak manusia akan belajar dengan bagus apabila gelombangnya mencapai titik alfa dan beta. Gelombang alfa terjadi ketika orang santai, rileks, senang. Sedangkan beta adalah ketika otak kita terjaga penuh, seperti saat bicara, belajar serius, mengerjakan PR, dan seterusnya.
Intinya, bagi orang yang kreatif dan mensyukuri keadaan, semua benda di sekelilingnya pasti ada gunanya. Semoga bisa kita jalankan.
sumber : sahabat nestle.co.id
0 comments:
Post a Comment