-

Font Size :

Language

Monday, January 5, 2009

aku kehilangan lagi

Informasi Halaman :
Author : Yurika Febri Perdana ~ admin ebiSHARE_Blog's
Judul Artikel : aku kehilangan lagi
URL : http://ebishare.blogspot.com/2009/01/aku-kehilangan-lagi.html
Bila berniat mencopy-paste artikel ini, mohon sertakan link sumbernya. ...Selamat membaca.!


Aku tersentak membayangkanmu. Tiba-tiba saja wajah itu kembali lagi. Tubuhku membeku seketika.

“Hai” Suara itu tak asing lagi di telingaku. Namun entahlah, tubuh ini masih saja kaku. Ah, senyuman itu, membuat tulang-tulangku runtuh. Hatiku bagai musim semi, bunga-bunga tumbuh bermekaran. Memaksakan bibirku untuk tersenyum membalasnya.

“Hai.”

“Gimana kabarnya?”

“Uhm, aku… kabarku baik.” Mencoba mengalihkan pandangan. Meski hatiku rindu, namun mataku tak kuasa betatapan dengannya untuk waktu yang lama.

Dia duduk di sampingku, hanya selisih sekitar 1 cm saja. Detak jantungku terasa begitu cepat. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diriku. Kuraih mouse dan langsung browsing seolah tak peduli dengan keberadaannya di sini. Ini hanya taktik untuk mengalihkan rasa gugup, kaku dan apapun namanya. Yang aku tahu bahwa aku sedang tidak stabil.

“Oh, God. Dia benar-benar datang. Bahagiakah aku?” Pertanyaan bodoh ini mengusik pikiranku. Tenang, tenang karena semua akan baik-baik saja.

Satu demi satu kalimat akhirnya keluar dari mulutku. Sambil mencuri pandang di bayangan monitor laptopku, aku mengamati wajahnya.

“Bim, kapan kamu balik ke Jepang?” Ah, kenapa harus pertanyaan ini yang muncul.

“Lusa mungkin, kenapa Ndin? Eh iya, ini oleh-oleh buat kamu.” Sambil merogoh saku, Bomo mengeluarkan benda kecil dari kantong sakunya. Sebuah gantungan kunci.

“Makasih, masih inget aja kalo aku suka koleksi gantungan kunci. Asli dari Jepang?”

“Iya dong, masa buat sahabat sendiri ngasih yang imitasi.” Bimo ternyata tidak berubah. Kami tertawa bersama sambil melewatkan malam di beranda rumahku. Mataku kembali mengamati wajahnya, kali ini langsung tanpa perantara. Bimo masih sama seperti 4 tahun lalu saat dia belum meninggalkanku. Dia terlihat dewasa, apalagi ada rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitar dagunya.

wahai waktu,
berhentilah sejenak
biarkan malam ini berjalan lambat
kerinduan ini belum terselesaikan
jangan biarkan aku kehilangan lagi
jiwa ini kembali terisi olehnya
sekejap tawa membangkitkan jiwa
berpindah kelabu menjadi terang
aku mohon, berhentilah untukku wahai waktu. .”

Terasa waktu begitu cepat berlalu, malam kian larut dan Bimo pergi lagi. Ingin sekali aku bilang, “Jangan tinggalkanku, aku membutuhkanmu di sini.” Namun itu tidak mungkin terjadi karena aku hanya sebagai sahabat, bukan penjaga hatinya.

Menyambut pagi dengan senyuman dan semangat baru. Pagi ini begitu berbeda, aku merasakan semangat yang luar biasa. Masih tergambar jelas raut wajah Bimo. Dia kunci kebahagiaanku.

” Pageeeeeeeeeeeeey semuaaaaaaaa.” Senyum lebarku menyapa semuanya. Tapi ekspresi mereka kok aneh ya? Aku kan sedang bahagia, jadi wajar dong.

” Pa.. pagi Ndin.”

“Ceria banget, hayooooooo semalam bis ngapain?”

“Hush, apaan sich Nia. Orang lagi bahagia juga.” Mukaku merah dan segera kabur dari mereka sebelum datang pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih parah

Masuk ruang kerja, trus nyalain PC sambil dengerin lagunya John Legend - someday -.

“Someday, someday we’ll be together. .” Akupun bernyanyi sendiri menikmati suasana hatiku.

Mejaku tiba-tiba bergetar, lupa kalo ada HP di laci. Ada SMS masuk, tapi aku gak tahu ini nomor siapa.

“Hai Andin, hari ini aku balik ke Jepang. Lebih cepat dari rencana semula. Maaf kalo selama ini aku sering bikin kamu kecewa. Pesawatku berangkat 15 menit lagi. Love u dear, BIMO.”

“Hah? Bimo bilang cinta sama aku??” Seribu pertanyaaan terngiang di kepalaku. Kalimat terakhir Bimo bikin aku jadi GR.

“Hey, nglamun aje. Masih pagi Non. Kerja kerja kerja.” Seseorang menepuk bahuku dari belakang.

“Nia dudul, ngagetin wae. Kenapa?”

“Proposal buat presentasi nanti udah siap?”

“Ups, lupa aku belum pelajarin.”

“Dua jam lagi Ndin, siap-siap gih. Jangan sampai kita terlihat bodoh di depan para pemilik saham.” Nia mengingatkanku. Saking senangnya semalam sampai aku lupa dengan kerjaanku. Untung aja sebagian materi aku sudah mempelajari jauh-jauh hari sebelumnya.

***

Hari ini kerjaanku banyak di luar kantor. Bertemu dengan beberapa orang penting seputar tentang peluncuran produk baru. Alhamdulillah semuanya lancar.

Sampai rumah bingung mau ngapaian. Sengaja gak keluar malam ini, just stay at home. Iseng nyalain TV, selama ini cuma tahu berita dari koran dan internet saja. Pindah dari satu channel ke channel lain, kebanyakan isinya sinetron. Cuma ada satu channel yang menayangkan berita jam segini. Akhir-akhir ini cuaca tidak terlalu bagus, kecelakaan dimana-mana. Kali ini tentang kecelakaan pesawat. Tiga orang meninggal dan lainnya luka-luka. Polisi masih menyelediki kecelakaan ini, beberapa pihak menganggap ini murni karena kecelakaan. Buruknya cuaca mengganggu penerbangan. Seluruh korban sudah berhasil dievakuasi.

” Raditya Bimo Arya Winata, 25 tahun, Jakarta.”

“Loh, itu kan nama lengkap Bimo?” Aku hanya bertanya dalam hati. Tiba-tiba tubuhku lemas.

“Tidak mungkin itu Bimo, Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak”

“Andin, kamu kenapa, Nak?” Mama merangkulku dari belakang. “Tenang Nak, cerita sama Mama. Ada apa?” Telunjukku menunjuk pada televisi yang masih menayangkan tentang berita kecelakaan. Mama mencoba mengamati dengan seksama.

“Bimo, Ma, Bimo kecelakaan,” tangisku kembali pecah, tidak kuat dengan kenyataan ini.

“Sabar Nak, serahkan semuanya pada Yang Kuasa.” Mama ikut menitikkan air mata, tapi tangisku makin menjadi. Aku merasa semuanya menjadi gelap.

***

”Andin, bangun Sayang.” Suara Mama lembut terdengar olehku. Terasa samar aku menatap semuanya. Aneh, sepertinya aku berada di tempat asing.

“Kamu pingsan, sudah dua hari kamu di sini.” Mama mencoba menjelaskan kepadaku kenapa aku bisa sampai di rumah sakit ini. Mulutku terasa aku, dan aku hanya diam saja. Ingatanku kembali pada berita tentang kecelakaan yang menewaskan cintaku, Bimo.

“Ma, aku mau ketemu Bimo. Berita waktu itu tidak benar kan?” Aku masih saja mencoba menyangkal takdir.

“Bimo sudah meninggal, Andin sabar ya, biarkan Bimo tenang di sana.” Mama mengelus kepalaku, tangisku kembali pecah. Aku memeluk Mama untuk ke sekian kali. Hatiku sangat terpukul dengan kejadian ini. Aku mau Bimo. Aku mau Bimo. Aku mau Bimo.

mimpi-mimpiku kembali terbang
mengikuti keabadian bersama maut
asa tersungkur di sudut hati
ketika kelabu kembali hadir
hatiku perih dengan semua ini
aku dan hatiku akan tetap sama
cinta ini akan ku simpan dalam
dan tak ku berikan pada siapa pun juga
luka ini akan tetap menganga
terjaga bersama kerinduan
ini semua karena aku mencintaimu






Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di www.roomantik.com

Random

Powered by: Blogger

Internet

Form
buat Anda yang ingin memasang iklan disini. FREE... !!
(for you who want to advertise here. FREE ... !!)
  • Image Verification
    captcha
    Please enter the text from the image:
    [Refresh Image] [What's This?]

Powered byEMF Online Form
Report Abuse