-

Font Size :

Language

Monday, January 5, 2009

julian

Informasi Halaman :
Author : Yurika Febri Perdana ~ admin ebiSHARE_Blog's
Judul Artikel : julian
URL : http://ebishare.blogspot.com/2009/01/julian.html
Bila berniat mencopy-paste artikel ini, mohon sertakan link sumbernya. ...Selamat membaca.!




“Hay Rayna, apa kabar?”

Itu salam pembuka dari Julian. Ya Tuhan Terima Kasih… Hanya itu yang bisa kuteriakkan dalam hati. Aku tak menyangka bisa bertemu lagi dengan pujaan hati. Aku baru tahu kalau Julian ternyata satu kantor denganku. Walaupun baru satu hari ia masuk kantor, aku sudah menduga hari- hariku selanjutnya bakal bahagia. Tidak masalah beda divisi , yang terpenting aku selalu melihatnya. Aku harus memberitahu kabar bagus ini ke sahabatku tersayang. Siapa lagi kalau bukan Daniel.

Kring… kring…

“Halo Daniel sayang !”

“Hai Ray.”

“Lagi ngapain?”

“Aku mo ketemu klien nanti jam 1.”

“Hmm, klien ya? Cowok apa cewek?” Aku gak mampu menyembunyikan rasa ingin tahu di balik pertanyaanku.

“Cowok. Mang kenapa?” tanya Daniel menantang.

“Yah kok cowok sih, coba cewek. Kalau cewek kan ada kemungkinan dia bisa jadi pacar kamu.”

Untuk ke sekian kalinya Daniel hanya bisa menarik nafas panjang. Selalu begitu reaksinya setiap kali aku menanyakan masalah asmaranya. Daniel dan aku sudah bersahabat semenjak masih kuliah. Sampai detik ini pun aku tidak tahu siapa ratu di hatinya.

“Mengapa , Ray? Kok bengong begitu, ada apa Say?”

“Aku punya kabar bagus nih.”

Daniel mengeluarkan nada “ooo” panjang untuk menimpali pembicaraan.

Lalu seperti sudah diduga, Daniel mulai menanyakan semua hal. Aku bercerita panjang lebar tentang semua hal yang aku alami hari ini. Namun aku sengaja merahasiakan satu topik. Apalagi kalau bukan alasan putus dengan Fil karena aku bertemu Jul. Nanti saja aku ceritanya di resto fast food favorit kita berdua. Lagian selama ini Daniel gak suka aku dekat sama Julian. Kayaknya Daniel naksir aku deh dari dulu, he he.

“Sudahlah Ray. Jangan sedih terus. Lupakan Jul?” Itu yang dikatakan Daniel setelah Julian memutuskan kuliah di Amrik.

“Duh, ngapain sih ditunda- tunda. Aku udah kepingin dengar ceritanya nih,” bujuk Daniel manja.

“Nanti aja ya Bro. Jangan lupa jam 7 di PS. Ok da.”

Aku segera menyudahi pembicaraan dengan Daniel. Aku lebih memilih bercerita di resto fast food saja.Tetapi ada satu hal yang menggeliti nuraniku.

“Kenapa Daniel sampai sekarang belum punya pacar ya?”

Aku yakin sahabatku punya alasan sendiri. Bagiku tak baik terlalu mencampuri urusan orang lain. Daniel sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Selama ini Daniel selalu setia menemani dan menghibur diriku.

Puluhan bulan aku dan Julian berpisah. Mulanya aku resah namun setelah ribuan hari aku lalui tanpa kabar dari Julian. Aku pasrah. Mungkin Julian telah melupakanku. Tapi aku juga merasa aneh, Daniel tidak tahu kabar Jul soalnya selama ini mereka berteman akrab. Dan karena hari ini aku bertemu dengan Julian pula, aku memutuskan hubungan dengan Fil. Tadi aku sudah menelpon Fil. Masa bodoh dia sakit hati, toh aku gak pernah cinta sama dia. Aku belum bisa menghapus bayangan Julian.

“Jangan- jangan Julian sekarang sudah punya kekasih?”

Ah, aduh kok jadi ngawur sih. Lebih baik aku buang jauh – jauh pikiranku yang mulai melantur tidak ada juntrungan. Aku yakin kepulangan Julian dari Amrik, akan membawa perubahan. Aku tidak pernah mengkhayal terlalu jauh. Toh ucapan I love you dari Julian sudah cukup.

6 tahun lalu…
Jakarta, 1 Desember 2008

“Daniel datang!”

Jeritan Daniel adalah suara yang pertama kali sampai ke gendang telingaku. Seharian ini aku malas keluar kamar. Untung dia datang, setidaknya ada hiburan. Siapa tahu dia bawa kabar tentang Jul.

“Hai, Ray apa nggak bosan nulis cerpen melulu?” sapa Daniel santai sambil menepuk punggungku.

“Aku musti kelarin nih cerpen. Payah, dari kemarin alur ceritanya gak berkembang. Kurang konsentrasi, ”ujarku putus asa.

“Gue yakin lo pasti mikirin Julian kan?”

“Gak tuh!” ucapku ketus

Tiba- tiba pikiranku melayang ke Julian, 4 tahun sudah aku menunggu dia. Sejak pertama kali ketemu aku langsung menyukai pribadi Julian, abis dia cakep, pintar, dan gak sombong pula. Dia asyik diajak ngobrol dan sangat menyenangkan kalau bareng dia. Aku yakin Julian suka sama aku. Buktinya Julian selalu kasih hadiah setiap aku ulang tahun. Belum lagi setiap malam , selalu mengirimkan SMS ucapan selamat tidur. Dan gak bosan antar jemput aku ke kampus, setiap hari lagi.

“Daniel, kenapa Jul belum juga nembak aku ya?”

Daniel menggeleng- gelengkan kepalanya, dirangkulnya Ray.

“Belum saatnya!” ujar Daniel mantap.

Selanjutnya dia dengan panjang lebar menjelaskan definisi cinta padaku. Intinya cinta tidak bisa dijelaskan , tapi dirasakan.

“Ufh, Daniel gimana sih nasihatin aku soal cinta. Dia sendiri gak ketahuan punya pacar apa enggak!” protesku dalam hati.

Daniel jahat, dia bilang aku harus lupakan Jul. Tapi kalau dipikir- pikir, dia gak jahat juga sih. Buktinya selama ini informasi tentang Julian selalu aku dapat dari dia. Daniel juga yang memperkenalkan aku ke Julian Itulah enaknya punya sahabat cowok.

“Julian itu tidak dekat dengan wanita selain kamu,” kata Daniel.

Aku tersentak. Tak dapat mengelak dan sedikit tersipu.”Rupanya kau sudah bisa baca isi pikiranku.”

Setelah Daniel pergi, aku teringat kembali oleh kata-kata Daniel, soal persiapan wisuda. Dua minggu lagi wisuda akan berlangsung, makanya hari sabtu besok aku sudah niat mau cari kebaya. Aku sengaja mau pergi sendiri, tanpa ditemani Mama, Daniel, atau Biru adikku. Mereka pasti akan keukeuh memilihkan kebaya untuk aku pakai di acara wisuda nanti. Sementara aku, pasti akan menolak ide mereka mentah-mentah. Yang penting Daniel sudah beritahu aku warna kesukaan Julian itu hijau.

Deg, akhirnya, tiba juga hari yang dinanti. Wisuda. Eits jangan salah, aku senang bukan karena dapat gelar. Ada sesuatu hal yang aku tunggu dari tadi. Bisa tebak dong?

Hh…, kembali aku menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Di dalam ruangan ini, aku duduk gelisah. Di mana sih Julian? Daniel bilang ini waktu yang tepat untuk nembak Jul. Daripada penasaran terus. Akhirnya Tuhan membukakan pintu hati Daniel. Daniel sepertinya setuju aku nembak Julian.

“Lebih baik malu sekali, dari pada nyesel seumur hidup,” ujar Daniel kasih semangat.

Aku termenung di bangku taman yang biasa aku datangi. Ada sesuatu menggelayuti pikiranku. Sesuatu yang membuatku tidak tenang. Aku memejamkan mata. Aku menyesal dengan apa yang menimpaku. Aku malu sekali.

“Aku benci keadaan ini. Kalau dia tidak menyukaiku seharusnya bicara. Bukan mencium pipiku lalu pergi berlalu begitu saja. Jujur saja, aku sebenarnya sangat – sangat senang. Siapa sih yang enggak senang tiba- tiba dicium kecengannya? Seakan kami mempunyai rahasia kecil dan hubungan yang “khusus”. Tapi aku masih enggak jelas hubungan kita mau dibawa ke mana Jul? Apa aku harus menunggu kamu pulang dari Amrik? Dasar laki-laki aneh.”

Jakarta, 3 juni 2014
( 18.00 wib)

Aku sengaja , datang lebih cepat dari Daniel. Tak masalah menunggu lebih awal. Kasihan Daniel, pasti saat ini dia masih sibuk. Dia benar- benar sahabatku yang setia. Aku yakin dia tidak pernah menghianatiku. Tak kan pernah. Resto fast food yang kudatangi ini memiliki kelebihan. Selain masakannya lezat, juga asik buat tempat ngobrol. Aku pilih bangku berwarna pink. Warnanya cocok untuk orang yang sedang jatuh cinta. Untung posisi di pojok dekat tembok, rasanya pas.

Tapi aku kecewa berat habis di balik tembok, terdengar dua orang muda mudi sedang memadu cinta.

“Ufh, seharusnya aku tidak memilih bangku ini. Berisik sekali mereka, topik yang mereka bicarakan terlalu vulgar. Aku ganti bangku saja.”

(01.00 wib)

Aku baru saja selesai telpon-telponan sama Daniel. Hatiku masih perih. Aku tidak bisa membendung air mataku. Aku patah hati. Semakin lama kepalaku terasa berat , sudah waktunya menutup chapter Julian di kehidupanku. Besok, aku harus minta maaf sama Fil. Smoga masih ada harapan. Semoga Fil tetap cinta aku. Mungkin ini saatnya ngebuka mata dan hati buat Fil yang udah setia. Aku harus tidur, melupakan semua mimpiku.

“Julian!” Aku meneriakkan namanya kencang – kencang.
Untung di rumah lagi gak ada orang selain aku dan mbok Yem. Tapi tetap saja bayangan dan suara itu masih terngiang- ngiang di telingaku.

“Kapan kita menikah? “

“Iya aku mau menikah sama kamu, aku pikir lebih baik kita menikah di Belanda saja!”

“Sayang aku ingin melumat bibirmu. Hasratku memuncak kau telah meninggalkanku selama enam tahun.”

Untuk kesekian kalinya kupandangi foto wisuda. Fotoku bersama teman dan sahabat tercinta. Aku sudah lelah, enam tahun terlewat dengan sia- sia. Kini tidak ada harapan . Tapi aku tak pernah merasa menyesal mencintai Julian. Jul kini bersama orang yang tepat.

Segurat senyuman menghiasi wajah manis Ray.

“Daniel , Julian, aku merestui pernikahan kalian.”




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di www.roomantik.com

Random

Powered by: Blogger

Internet

Form
buat Anda yang ingin memasang iklan disini. FREE... !!
(for you who want to advertise here. FREE ... !!)
  • Image Verification
    captcha
    Please enter the text from the image:
    [Refresh Image] [What's This?]

Powered byEMF Online Form
Report Abuse